Jakarta - Mulai dari Linux, Ubuntu hingga ChromeOS kita selalu bermimpi untuk bisa meruntuhkan dominasi Microsoft dengan Windows-nya. Apakah ini akan terjadi?
Tidak mengejutkan mendengar Google membuat sistem operasi. Rumor soal ini sudah santer beberapa tahun lalu dan baru kali ini, Juli 2009, Google mengakuinya.
Tapi mau tidak mau, nama besar Google dan Microsoft terlibat dalam pengumuman ini. Dan ini jadi makanan besar buat kita yang lapar konflik.
Janjinya boleh dibilang cukup sedap: sebuah sistem operasi 'perjuangan' yang bakal meruntuhkan dominasi Microsoft Windows di dunia TI.
Namun apakah janji itu bakal terwujud? Itu lain soal. Waktu, uang dan keberuntungan lah yang akan menentukan.
Adolescent RebellionSaat ini --pasca pengumuman Google soal Chrome OS-- sebagian masyarakat TI akan terjangkit sindroma pemeberontakan anak muda (adolescent rebellion syndrome).
Sindroma apakah ini? Sindroma yang sama yang membuat orang bersimpati pada saat pemangku kekuasaan dijatuhkan oleh 'people power' atau ketika sebuah korporasi besar kalah dalam tarung legal dengan sebuah 'warung tegal'.
Seperti apa bentuknya? Dukungan dan seruan positif ('Horeee!') terhadap Google, ramai-ramai mengutuksumpahi Microsoft dan gerakan-gerakan simbolik lainnya adalah sebagian gejala sindroma ini.
Jujur saja, saya termasuk salah satu yang merasakan itu. Selama beberapa detik saya merasakan percikan semangat dalam dada yang tak bisa saya pahami sepenuhnya. A rush of blood to the head yang memompa semangat untuk menggulingkan sang penguasa.
Keinginan terjadinya kudeta terhadap Microsoft memang wajar saja dialami. Pengguna-pengguna TI saat ini ibaratnya penduduk suatu negeri yang presidennya sudah berkuasa selama 32 tahun. Siapa yang tak jengah?
Dan oleh karena Windows banyak terdapat dalam komputer-komputer di dunia, segala masalah terkait komputer pun bisa dilimpahkan pada Microsoft. Kena virus? Salahkan Microsoft. Komputer nge-hang? Microsoft sialan! Skripsi nggak kelar-kelar? Ini semua gara-gara Microsoft.
Dengan berbagai kekesalan yang bermuara ke sana, jelas saja kita akan senang melihatnya terjatuh. Ikut hore-hore sambil bersorak: kita menang, kita menang!
Kompetisi MutualismeTapi di balik itu. Coba kita lihat dengan jernih apakah memang Google bakal mengkudeta Microsoft lewat ChromeOS ini. Jangan-jangan ada sesuatu di balik langkah Google?
Pertama, Google punya sistem operasi yang lebih seksi --paling tidak saat ini terlihat lebih seksi. Namanya adalah Android.
Android punya potensi untuk hadir lebih luas di masyarakat. Mulai dari ponsel, smartphone hingga perangkat genggam lainnya. (Bukankah sudah banyak juga yang meramal masa depan komputer adalah dalam genggaman?)
Mengapa Google tak mengerahkan semua kemampuan (dan dana) untuk Android saja? Jangan-jangan ChromeOS hanyalah upaya Google mengalihkan perhatian Microsoft?
Kedua, Microsoft membutuhkan sistem operasi lain untuk menangkal berbagai kasus monopoli yang kerap menyandungnya. Bukannya 'menyakiti' Microsoft, kehadiran sistem operasi dari Google justru bisa mengobati masalah ini.
Raksasa dari Redmond itu bisa bilang: "Hey, kami tidak monopoli kok! Lihat saja pesaing yang datang dari Lembah Silikon itu. Ada raksasa juga di belakangnya!"
Ketika Bing muncul dari Redmond, Google terbantu dengan adanya kompetisi yang 'mengancam' dominasinya. Sebuah sparring partner yang layak yang akan membantu Google memperbaiki jualan utamanya.
Google ChromeOS ini jangan-jangan adalah bentuk ucapan terimakasih Google pada Microsoft karena telah membuat Bing. Sebuah kompetisi yang saling menguntungkan?
Ah.. sudah cukup spekulasinya. Mari kita format lagi semua prasangka dan asumsi negatif dalam kepala. Mari kita kembali ke nol kilobyte.
Catatan Nol Kilobyte adalah opini dari Wicak Hidayat, Managing Editor / Redaktur Pelaksana detikINET.com. Opini ini merupakan pendapatnya pribadi dan tidak mencerminkan pendapat institusi tempatnya bekerja. (Choi)
Sumber : Detikinet.com