Dalam LILO, setiap pengguna (user) bisa meng-create karakter avatar mereka sendiri. Inovasi tersebut merupakan buah karya anak-anak negeri yang kreatif dalam mengembangkan idenya di bidang Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). Adalah Pahala Basuki, Alif Wijayakusumah, Sobar Herdiman, dan Yanuar Triwibowo yang menggarap game online ini sehingga bisa merebut juara di ajang INAICTA 2008. Dibantu dengan sebelas orang lainnya, LILO mulai dikembangkan pada April 2006.
Membuat inovasi baru tak semudah membalikkan telapak tangan. Penggarapan LILO sendiri sudah dimulai sejak 2006. Ide awal pembuatan LILO muncul dari Rahmania Arunita yang terinspirasi untuk membuat sebuah kota dengan setting Indonesia. Selain itu, user juga bisa berinteraksi dengan pengguna (user) lainnya. Ide ini kemudian dikembangkan oleh Alif dan kawan-kawan menjadi sebuah model baru jejaring sosial.
Perjalanan LILO untuk membawa pulang gelar tersebut tak mudah. Beberapa kendala sempat menghambat proses pembuatan game ini. “Kendala utama tentunya adalah budget yang terbatas, tim kita cuma 15 orang, dengan biaya produksi yang tidak murah,”.
Perjuangan Alif dan kawan-kawan ternyata membuahkan hasil. Setahun kemudian, pada April 2007, launch Beta, dan dua bulan kemudian investor masuk untuk kontrak waktu satu tahun. Dalam kurun waktu satu tahun ini, LILO terus dikembangkan, sehingga April 2008 LILO menjadi pemegang juara pada INAICTA 2008.
Perjalanan mereka tak behenti sampai di situ. Kemenangan ini mengantarkan mereka untuk mengikuti Asian Pasific Information Communication Technology (APICTA). Sebelum mengikuti ajang tersebut, mereka mendapatkan training yang diselenggarakan oleh Departemen Komunikasidan Informatika (Depkominfo). Dalam event ini mereka masuk menjadi nominator.
Tak hanya mengembangkan aplikasinya, rencana bisnis pun disusun untuk mendukung pemasaran LILO. Target awal dari game ini adalah remaja. Untuk menarik pasar, strateginya dengan membuat event. Salah satu event yang pernah diselenggarakan adalah LILO Race Goes To Paris. Acara ini melibatkan para member LILO dalam sebuah perlombaan. Pemenangnya, mendapatkan reward tersendiri.
Para pencetus LILO sangat bangga game ini bisa diterima pasar di Indonesia. Selain buatan negeri sendiri, game ini juga mengadopsi kehidupan orang Indonesia. “Inilah perbedaan LILO dengan game online lainnya. LILO menggambarkan kondisi budaya Indonesia, misal ada tukang sate, ada SKJ, dan lain sebagainya,” tutur Pahala Basuki. (Choi)
Sumber : Detikinet.com
0 comments:
Posting Komentar