"Benar. Lebih dari 70% uang perusahaan yang keluar hanya untuk memastikan sistem TI berjalan dengan baik," ujar MWare Regional Director ASEAN, Koh Eng Kheng, dalam jumpa pers di Hotel Interkontinental, Jakarta, Kamis (14/5/2009).
Ia merinci, 70% biaya yang dimaksud meliputi biaya maintenance aplikasi (30%) dan maintenance untuk infrastruktur (42%). Sementara sisanya, 23% untuk investasi aplikasi baru dan 5% untuk investasi infrastruktur.
Di tengah kondisi krisis seperti ini, TI jelas mendapat tantangan. Terlebih di saat anggaran tidak bertambah namun tuntutan perusahaan untuk memaksimalkan TI sebagai alat penunjang bisnis kian bertambah.
"Itulah mengapa kami menawarkan solusi virtualisasi sebagai jalan keluar. Dengan solusi virtualisasi, anggaran belanja dan operasional jadi bisa ditekan hingga 50% tanpa mengurangi fitur dan fungsi TI yang dibutuhkan," lanjut Koh Eng Kheng.
VMWare sendiri baru saja merilis produk sistim operasi virtualisasi VShpere 4. Solusi ini dianggap ampuh untuk membangun sistim komputasi cloud computing yang terjangkau, bahkan untuk perusahaan kelas menengah (UKM).
Koh Eng Kheng menilai pasar solusi komputasi virtual di Indonesia masih cerah. Mengutip riset Gartner, penyerapan solusi virtual di kalangan pasar industri diperkirakan baru menyentuh angka 15%.(Choi)
Sumber : Detik.com
0 comments:
Posting Komentar